<body>

posted by angel_with_dirty_face @ 3:48 PM
Tuesday, October 21, 2008
“ Mam, sepertinya untuk 2 minggu kedepan aku nginap di kantor ya,” ucapku kepada ibuku seraya mengikat tali sepatuku.
“ Apa !!,” teriak ibu menghampiriku.
“Aku nginap di kantor. Ada training 2 minggu ini. Sebenarnya trainingnya sore tapi selesainya jam 9an malam. Kalo aku pulang ke rumah lagi udah terlalu malem dan aku ga berani pulang.”
“ Bukanya kemaren udah training ?” Selidik ibuku.
“Iya, aku kira cuma sehari, tapi kata trainernya training nya kemungkinan 2 minggu dan kami masih harus bertemu dengan masyarakat di sana “.
“ Siapa aja temen kamu ? laki atau perempuan ?
” Perempuan dong , Ma. Bertiga malah. Bareng Herta dan Shirley kok, ” jawabku mulai kesal.
” Ya udah, jaga diri baik-baik. Tanjung gusta itu rawan, orang nya jahat-jahat,” nasehat ibuku.
“ Mama, kebanyakan liat berita kriminal sih di TV bawaannya parno mulu. Meski daerah Sukadono dekat penjara belum tentu semua orangnya jahat-jahat. Makanya mama jangan kebanyakan nonton berita kriminal dong. Akibatnya jadi kuatir dan berprasangka buruk terus kan,” Ucapku sambil berlalu .

Aku ngedumel sepanjang perjalanan ke kantor dan sampai detik ini aku ga abis pikir cara ibuku memperlakukanku. Di usiaku yang menjelang 30, masih saja dia memperlakukan aku sebagai anak kecil. Setiap gerak-gerik ku di pantau oleh nya. Bahkan ga jarang dia melakukan konfirmasi dengan temen-temenku untuk memastikan apakah aku bersama dengan mereka. Apakah dia melakukan semua ini karena pengen melindungi aku atau semata-mata dia tidak pernah memberi aku kepercayaan. Kalau begini terus kapan aku bisa mendapat pacar. Tingkat berbicara di telpon saja, ibuku masih suka menguping pembicaraanku, terutama kalo aku menerima pangilan telepon dari temen cowok. Dan ini adalah salah satu alasanku untuk enggan membawa temen-temen ku main ke rumah karena ibuku selalu ingin tahu . Baru sekali saja temen pria ku menelepon pasti dia sudah beranggapan pria itu pacarku.

*
Malam ini cuma ada aku,Shirley dan Herta yang masih tinggal di kantor. Ini hari ke -5 training untuk Project SED. Kami baru saja pulang dari field, tempat dimana project ini dijalankan. Ladang. Begitulah masayarakat setempat menyebut nama tempat itu. Sebeanarnya ladang yang mereka maksud adalah tanah garapan bekas perkebunan tebu milik PTPN 2. Lokasi nya berada di kelurahan kelambir Lima, kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deliserdang.
Shirley mulai sibuk menyiapakan makan malam buat kami betiga, Herta udah kelihatan segar sehabis mandi , sementara aku masih sibuk dengan laptopku menyiapkan laporan dan temuan yang kudapat hari ini di lapangan, sambil sesekali berdiskusi dengan Shirley.

Beruntung sekali kantorku memiliki guest room dengan fasilitas hotel. Ga cuma kamar yang komplit dengan perlengkapan mandi tapi termasuk juga fasilitas water heater yang sangat berguna buat staf yang suka lembur sampai pagi di kantor seperti kami bertiga.

Wangi telur dadar buatan Shirley membuatku semakin lapar.
Ga percuma ada Shirley di sini, dia cukup piawai dalam urusan masak memasak.Beruntung banget Yoga memiliki calon istri seperti dia.
“ Makan dulu, Na. Besok lagi di terusin reportnya. Kaya ga ada waktu lain,” ujar Shirley sambil menyiapkan piring buatku.
“ Besok gw kudu report ke Alice, Buk. Lu kan tahu dia seperti apa. Dia mana mau tahu kesulitan kita di lapangan. Yang penting dia harus terima report dari kita. Apalagi ini tanggung jawab gw,” jawabku tanpa melepaskan pandangan dari laptopku.

Aku jadi menyesal kenapa kuterima tanggung jawab ini. Aku baru sadar ternyata tangung jawab yang aku emban sekarang cukup berat. Yah sekilas mungkin kamu cukup bangga menyandang jabatan sebagai Project Cordinator. Siapa yang ga bangga mendapat posisi baru. Shayna Dorothy, Project Cordinator for SED Medan. Sebuah loncatan yang luar biasa dari seorang Junior Accountant mendapat pekerjaan tambahan sebagai Project Coordinator yang biasanya di pegang oleh Expatriate.
Aku masih anak kemaren sore di kantor ini.Belum genap tiga tahun aku bekerja di sini dan jam terbangku juga belum cukup tinggi. Tapi entah kenapa saat performance review dua bulan yang lalu dengan entengnya aku menyatakan kesedianku untuk menjadi koordinator proyek ini. Padahal aku sama sekali ga tahu apa-apa soal small economic development, micro credit, women empowerment tapi dengan modal nekat dan berpegang teguh pada prinsip nothing is impossible , impossible is nothing, akhirnya aku terima juga tawaran ini. Padahal ga ada tambahan gaji untuk tanggung jawab tambahan ini, tapi ga papa deh, itung-itung belajar.
Boleh di bilang proyek ini adalah pilot project pertama di Medan yang akan menentukan masa depanku di organisasi ini. Keberhasilan proyek ini menjadi modal utamaku untuk mengajukan beasiswa kuliah di luar negri, cita-cita yang ku impikan selama ini.

Jam dinding di ruang makan menunjukan tepat pukul 2 pagi. Luar biasa, ga pernah aku seperti ini, tetap semangat bekerja sampai dini hari. Aku beringsut ke kamar. Herta sudah tidur pulas dengan memeluk guling dan berbalutkan kaus kaki bola. Hhmm, kasian, dia ga terbiasa dengan dinginnya AC di ruangan ini, sementara Shirley sudah tertidur dengan wajah tersenyum sambil memeluk teddy bear pemberian Yoga. Mungkin dia sedang bermimpi bertemu dengan Yoga.
Aku juga sudah cukup lelah hari ini. “Sleep tight, Shayna.” Ucapku pada diri sendiri.

* *
Aku berlari-lari kecil menaiku tangga menuju ke kantorku. Sayup-sayup aku mendengar suara nyanyian dari lantai 2. Morning devotion sudah dimulai. Aku bisa bayangkan tatapan Alice yang dingin akan keterlambatanku pagi ini. Sebagai Program Director dia juga bisa berubah fungsí sebagai HR officer. Dia paling tidak suka ada staff yang terlambat tanpa alasan yang jelas. Aku memasuki ruangan tanpa ada rasa bersalah, karena aku sudah mengirimkan sms kepadanya pagi ini tentang alasan keterlambatanku.

“ Shayna, kenapa kamu terlambat pagi ini ¿,” tanyanya dengan wajah dingin.
“ Saya melakukan personal visit ke pasar pagi jam 5 pagi. Bertemu dengan community,” jawabku ga kalah dingin.
“ kenapa kamu tidak konfirmasi ke saya lewat sms,” tanyanya kembali.
“ aku sudah kirim Alice, aku juga kirim ke Cliff,” jawabku membela diri.
“ ya, Alice dia sudah konfirmasi ke saya,” sela Cliff, atasanku.

Ga lama kemudian handpone alice berbunyi, Ada pesan masuk.
Ia membukanya ,” Sorry Shayna, sms kamu baru masuk,”
Dasaaaaaaaaaaar........teriakku dalam hati.

***
“ Shyana, may I see you a minute,” pinta Alice melalui pesawat telepon.
Aku segera bergegas memasuki ruanganya. Seperti biasa wajahnya masih kelihatan dingin dan angkuh.
Yes, Alice... what can I do for you?,” tanyaku datar
: Ya Shayna, saya cuma pengen tahu progress proyek kamu . Kira-kira kapan loan disbursement bisa dilaksanakan,”
“Saya belum bisa memastikan karena menurut pengalaman di Project SED di Jakarta, diperlukan waktu 3 bulan untuk training, dan kita harus pastikan kalau community sudah benar-benar siap menerima pinjaman,”
" tapi Shayna kamu kan tahu project ini cuma 6 bulan, tidak mungkin kita training mereka selama tiga bulan, sementara kamu kan tahu budget kita sangat minim, dan berapa lagi dana yang harus kita keluarkan untuk membayar Shirley selama di Medan,”
“ Alice , mereka belum siap. Kita sudah melaksanakan training selama sepekan tapi kita semakin banyak menemukan kesulitan di lapangan. Kamu tahu mereka masih belum paham dengan konsep yang akan kita jalankan di lapangan. Mereka sudah bentuk kelompok tapi setiap hari anggota mereka keluar masuk. Motivasi mereka cuma satu untuk mendapatkan pinjaman. Mereka bahkan tidak peduli dengan training ini karena sejak awal mereka sudah berpikir kalau kita datang ke mereka untuk bagi-bagi uang, dan pola pikir ini yang harus kita ubah. You know Alice, we are not St.Claus yang bagi-bagikan uang setelah itu pergi tanpa melihat perubahan pada kehidupan mereka. Kalau kita cuma bagi-bagi uang, itu sama saja membuat mereka semakin bergantung pada pihak luar and it helps proverty to continue,”
” I totally agree with you, Shayna. Tapi kapan kita melakukan loan disbursement-nya? Kamu tahu kita harus segera kirim quarterly report ke donor. Dan proyek ini udah postpone selama 3 bulan,”
“ Alice, personal visit ke community belum selesai. Kamu tahu, ada hampir 40 orang yang harus dikunjungin tempat usahanya, dan kita harus interview mereka. That’s why Shirley selalu pergi ke field untuk menemui mereka. Ga segampang yang kamu kira. Alice,”
Well, sampai kapan mereka siap? Oke, bagaimana kalo Kamis ini ceremony-nya. Kamu coba tanyakan jadwal Country Director kita kareana saya berharap dia juga hadir di pertemuan ini. Apa kamu siap? ,”
“Please Alice, waktunya terlalu mepet. Setidaknya kita butuh 2 hari untuk analisa pinjaman mereka, belum lagi mendampingi kelompok untuk proses approval-nya. Dan kamu tahu sendiri, di lapangan cuma ada Shirley. Sementara aku dan Herta belum pernah terjun langsung ke proyek ini. Kami sama-sama belajar. Tolong kamu mengerti kondisi ini. Ngertiin kondisi saya.”
“Apa maksud kamu ?
“ Kamu tahu tanggung jawab saya bukan di SED. Tanggung jawab saya di finance, sementara saya harus bisa membagi waktu dan membuat prioritas. Situasi saya saat in sangat sulit Alice.Kamu tahu saya harus prepare untuk audit minggu depan, belum lagi pekerjaan lain di finance,” air mataku mulai keluar
“ Ok, kalau kamu maksa loan disbursementnya hari Kamis ini terserah kamu, tapi aku jamin aku ga bisa datang karena aku harus replenishment dan bayar salary staff Kamis ini. Kamu tahu kan Kamis ini akhir bulan,” tanpa pamit aku keluar dari ruangan alice.

****
Pesawat yang membawa Shirley ke jakarta baru saja lepas landas, aku merasa ada yang hilang setelah kepergiannya. Hampir 3 minggu bersamanya membuatku semakin mengenalnya, belum lagi semangatnya yang begitu tinggi untuk proyek ini. ”Proyek ini memang ga gampang,” begitu katanya tempo hari. ”awal, pertengahan, dan akhir semuanya sama berat, kamu harus tetap semangat dan ga boleh nyerah,”
Tiba- tiba badanku terasa penat dan aku merasakan kantuk yang luar biasa siang ini, aku bahkan tidak ada selera untuk makan. Ajakan alice untuk makan siang aku abaikan begitu saja. Sejak kejadian kemaren aku menghindar untuk berbicara dengannya. Mungkin dia juga sadar akan perubahan sikapku kepadanya. Biasanya kalau aku tidak beranjak dari kursi untuk bergabung dengan mereka di dining room, Alice pasti menghampiriku dan membujukku untuk makan siang, tapi kali ini beda, mungkin dia juga takut aku marah.

Aku banyak berubah akhir ini, wajahku terlihat lelah karena kurang tidur, kulitku juga semakin hitam karena hampir tingga minggu berada di field yang panas dan kering.
Aku lelah, aku pengen istirahat tapi ga mungkin banyak pekerjaan yang tertunda sejak aku terjun di project SED. Mataku mulai berkaca-kaca. Aku ga menyadari, seseorang telah berdiri di sampingku.”Shayna, kenapa kamu ga makan siang,” tanya Cliff dengan lembut. Ini pertama kali selama aku kerja dengan Cliff dia menanyakan hal sepele seperti ini. ”I lose my appetite ,” jawabku ketus. ”So my lady, apa yang harus ku lakukan biar kamu selera makan, ” tanyanya dengan sabar.
just leave me alone, ”jawabku tanpa menoleh sedikit pun ke padanya.
Cliff meninggalkan ku sendiri. Tiba-tiba aku merasa bersalah udah ngomong ketus ke dia, padahal aku tahu dia selalu baik dan perhatian kepadaku. Dia bos ku yang paling baik selama ini. Dia bahkan ga pernah marah meski aku suka buat salah, dia selalu ceria. ”Maafkan aku, Cliff..” bisikku dalam hati.

*****
Satu persatu staff di kantor mulai pulang. Cici yang pertama, karena dia selalu dijemput oleh papanya. Aku masih saja berkutat dengan narrative report yang sejak tadi siang belum kelar juga. Suasana kantor semakin sepi. Sayup-sayup aku mendengar handphone-ku berdering, namun kemudian suara itu hilang. Aku mencoba mengingat-ingat di mana terakhir kali aku meletakkannya.
Aha, ternyata di laci mejaku di bawah tumpukan buku. Segera aku raih benda mungil itu.
Ya ampun ada 5 miscall dari Cleo. Hmmm..ada apa dia menelponku sebanyak itu. Segera ku kirimkan pesan sigkat untuknya. Ga berapa lama dia menelpon aku kembali.
” Hola.... Como Esta, Senorita,” sapanya riang dengan bahasa spanyolnya yang khas.
“ Bien, Gracias,” jawabku pelan.
“ Que pasa, Aynasita, nada suara kamu lain banget hari ini,”
“ No pasa nada, Cleo.
“ Kamu lagi dimana,”
“ aku masih di kantor,” jawabku dengan tidak bersemangat".
What !!! teriaknya ,” Shayna, go home, what time is it now? Don’t kill your self. Organization wouldn’t pay you for over time”
Aku melirik jam di monitor notebook-ku. Hmm..Jam 9 tepat. Cleo benar aku harusnya pulang sejak tadi.
Aku segera merapikan barang-barangku, mematikan semua lampu dan beranjak keluar dari ruangku.
“ Selamat malam, Bu.... lembur ya,” sapa security kantor saat berpapasan dengan ku di pos security . Aku diam dan terus berjalan tanpa menghiraukannya.


Note :
Hola... Como esta = Halo, Apa kabar?
Bien, Gracias = baik, terima kasih
Que pasa nada = Ada apa denganmu
No pasa nada = Gak papa kok

It's all about me
Shayna Dorothy, a single woman aged 20-sumthing (almost 30 actually), who is trying to survive in this hollow world
It’s all about my world, my happiness, my sadness, my sigh, my tears
It’s just my life… No doubt about it!

The people
link
Daydreamer #1: Elsanov
Daydreamer #2: Rossie
BLOGGER
FS
Facebook
the blogskins
world of art
tag board free


Free chat widget @ ShoutMix
Spit it out here

REMINISCENCE
July 2004
April 2008
October 2008


original styles
diet information

Readers number